menikmati Kopi Lay Sambil Bernostalgia


Lay dalam bahasa Indonesia berarti “mari”, maka jika digabung  Kopi Lay berarti “mari minum kopi”. Begitu kira-kira penjelasan Mulyadi, seorang karyawan yang bertugas membakar roti. Kedai kopi ini menawarkan hal-hal menarik dan mengundang kita untuk segera memesan menu yang tersedia. Menu yang ditawarkan cukup variatif. Untuk kopi ada tiga jenis yang bisa Anda pilih; Kopi Lay yaitu kopi hitam, Kopi Cien adalah kopi susu, dan Kopi Peng, es kopi hitam. 

Selain kopi, kedai ini juga menawarkan teh tarik dan teh lay, semacam teh poci yang menggunakan gula batu. Tidak lengkap rasanya jika minum kopi atau teh tanpa didampingi cemilan. Teman minum yang ditawarkan di sini adalah roti bakar dengan dua menu pilihan. Tos, roti tawar berbagai pilihan rasa dan Bun, roti yang berbentuk bulat dengan aneka pilihan rasa juga. Ada menu menarik lainnya yang katanya berkhasiat sebagai obat panas dalam, yaitu liang teh, Chrysantineum, (biji bunga matahari) dan Longan & Red Date, yaitu teh yang terbuat dari semacam buah kelengkeng.


Serasa ngopi di rumah sendiri dengan konsep jadul (jaman dulu-red), merupakan nilai tambah kedai ini. Keistimewaan lainnya adalah bahan dasar kopi yang didatangkan langsung dari aceh dan pesanan Anda dijamin langsung diracik ditempat. Jangan heran jika Anda disuguhi gelas besar, bukan cangkir layaknya di tempat lain “namanya juga jaman dulu mas, jadi kami pake gelas besar dan cangkir kaleng sebagai tempat gulanya,” ujar Mulyadi. 

Segelas kopi lay dipatok Rp.14.500, cukup murah untuk ukuran gelas besar. Jika Anda sedang berada di kawasan Kelapa Gading, pastikan Anda mampir ke Mall lima lantai tiga dan nikmati Kopi Lay sambil bernostalgia kemasa lampau.


* keyshasnack

Chinatown Surga Kuliner Asia

BARU mendengar namanya saja, Anda sudah pasti berpikir bahwa di kota ini terdapat banyak restoran khas China yang menjual makanan lezat. Mulai dari bakmie, roti dan juga makanan seafood.


Chinatown juga merupakan tempat populer untuk menikmati sajian ‘daging salai’ atau daging asap yang biasanya dijadikan sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang. Namun itu bukanlah satu-satunya yang paling populer di sini, karena Anda bisa menikmati jajanan lainnya baik yang halal maupun non-halal.

Bagi Anda yang ingin menikmati hidangan laut, bisa langsung mengunjungi Chinatown Pavillion di Jalan Sultan, area pasar Petaling Street, Chinatown. Menu-menu yang ditawarkan adalah curry and prawn noodles, char kuay teow, wantan noodles, nasi goreng dan beef noodles. Restoran ini dibuka dari jam 8 pagi hingga 12 malam waktu setempat.

Sedangkan bagi Anda yang ingin mencicipi sup, berkunjunglah ke Nam Heong Hainanese Chicken Rice di 56 Jalan Sultan yang berada di seberang hotel. Restoran ini dibuka dari jam 10 pagi hingga selesai.

Ada pun restoran China lainnya, seperti Assam Laksa Stall di Madras Lane, Kim Lian Kee di 49-51 Jalan Petaling, Hong Kong Mee di 9 Lorong Drury, Jalan Bandar dan Yook Woo Hin di 100 Jalan Petaling.


* mediaindonesia

Woku : woku daun dan woku blanga

Jakarta – Masakan Minahasa semakin kuat berposisi sebagai makanan favorit masyarakat Indonesia. Apalagi sejak makin banyaknya rumah makan yang memasang label “Manado Halal”, masyarakat semakin tak syakwasangka lagi untuk mencicipi masakan yang sungguh mengesankan ini. Selangkah lagi, pastilah masakan Minahasa bakal mampu “berkibar” di ajang kuliner dunia.Kekuatan masakan Manado terletak pada tiga hal utama. Pertama, hampir selalu dimasak secara fresh. Di kebanyakan rumah makan yang menyajikan makanan ini, hampir selalu makanan dimasak berdasar pesanan. Bila ada yang pesan, segera dimasak. Disesuaikan pula tingkat kepedasannya berdasar pesanan. Ini merupakan elemen penting yang memiliki kemiripan dengan masakan Thai yang sudah mendunia.

Kedua, citarasa masakan Minahasa sangat gurih dan cukup mudah disukai (easy to like). Bagusnya lagi, kebanyakan masakan Minahasa mencapai kegurihan tanpa santan, melainkan karena kelengkapan bumbu-bumbunya. Dan ketiga, aroma masakan Minahasa sangat harum karena memakai berbagai bahan yang menguarkan aroma, seperti: daun kunyit, daun kemangi, daun pandan, daun jeruk, dan sereh.

Salah satu jenis masakan yang memenuhi semua persyaratan tadi adalah masakan woku. Seperti telah kita kenal, ada dua jenis woku, yaitu: woku daun, dan woku blanga. Bumbu-bumbu dan bahan-bahannya persis sama. Bedanya adalah pada eksekusi akhir. Woku daun adalah masakan yang dibungkus dalam daun pisang, kemudian dipanggang/dibakar – mirip pepes, brengkes, atau pais. Tetapi, bumbu dan bahan yang sama dapat ditambah sedikit air dan dimasak di dalam belanga atau panci, sehingga menghasilkan sajian yang berkuah. Ada yang suka kuah encer, ada pula yang suka kuah lebih kental. Masih ada pula yang suka menambahkan sedikit santan, sehingga disebut woku santan.

Bumbu-bumbu dan bahan-bahannya cukup ribet. Tetapi, sebetulnya membuatnya cukup sederhana dan cepat. Dalam waktu seperempat jam, hidangan sudah matang dan tersaji di meja. Kuahnya berwarna kuning cantik, dengan merahnya tomat, dan berbagai gradasi warna hijau dari berbagai daun yang dipakai, sungguh membuat sajian ini juga tampak sangat cantik.

Protein yang paling sering dipakai untuk masakan ini adalah ikan. Orang Manado paling suka memasak ikan goropa (kerapu) sebagai bahan untuk memasak woku blanga. Jenis ikan kakap dan kakap putih pun sangat cocok untuk masakan ini. Seafood lain yang banyak dipakai adalah: kepiting, udang, cumi-cumi, telur ikan cakalang, dan telur ikan kakap. Kepala ikan kerapu dan kakap yang berukuran besar juga meningkat nilainya bila dimasak woku blanga.

Selain seafood, hanya ayam yang cocok dimasak woku blanga. Entah kenapa, daging sapi maupun babi hampir tidak pernah dimasak dengan bumbu woku. Tetapi, masakan woku blanga juga cocok untuk vegetarian. Berbagai jenis sayur-mayur – seperti: rebung, sayur lilin (sayur telur terubuk), dan lain-lain – juga cocok dimasak woku dalam belanga.

Harum dan lezatnya masakan woku blanga pasti akan membuat Anda mabuk kepayang. Mari jo, katorang makang woku blanga dolo!



*  detikfood

Menyantap Rendang di Sumber Asalnya

KETIKA menyebut makanan khas Sumatra Barat yang langsung terpikir adalah rendang. Makanan ini dibuat dari bahan utama daging dan kelapa kari yang memiliki rasa yang sangat lezat dan berwarna hitam kecokelatan atau kemerah-merahan.

Rendang yang telah menjadi menu utama restoran-restoran padang di ibukota, juga menjadi hidangan utama di beberapa restoran di Provinsi Sumatera Barat. Untuk harga satu porsi daging rendang berkisar dari Rp 7.500 hingga Rp 10.000.

Selain itu, menu rendang juga bisa Anda jadikan oleh-oleh yang cocok. Rendang akan lebih enak setelah dipanaskan beberapa kali dan tidak mudah basi.

Ada pun menu khas Sumatra Barat lainnya yang bisa Anda nikmati seperti dendeng, balado, asam gulai dan padeh serta aneka minuman jus dan teh telur.

Rendang dianggap memiliki nilai filosofis yang tinggi, dimana daging merupakan simbol pemimpin kelompok adat, cabe (lado) dijadikan tokoh ulama yang harus siap mengambil atau membuat keputusan dan kelapa (karambia) melambangkan tingkat kecerdasan.


* mediaindonesia

Teh Tarik Asal Melayu

MAU tahu bagaimana rasanya minuman ini ? Coba saja Anda pergi ke Melayu Square yang terletak di daerah kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau.
Tarik adalah nama jenis minuman teh yang diaduk dengan cara atraktif, dimana satu gelas alumunium besar berisi teh dituangkan ke gelas alumunium besar lainnya lalu dituang kembali ke gelas pertama dan seterusnya.
Minuman yang akan Anda nikmati ini sebetulnya berasal dari India Selatan. Mereka (warga India) yang sebagian besar beragama Islam bermigrasi ke beberapa daerah di Semenanjung Melayu (Malaysia, Singapura, dan Indonesia) untuk menawarkan beberapa budaya mereka di sana.
Bukan hanya teh, minuman lain yang bisa dibuat sebagai sajian tarik adalah kopi. Kedua minuman ini juga dipercaya bisa membangkitkan stamina yang sudah lemah dengan cita rasa yang begitu nikmat.
Untuk membuat teh dan kopi tarik, biasanya para bartender professional mencampurnya dengan susu. Ini yang menjadikannya sebagai minuman suplemen yang berkhasiat tinggi.
Bagimana dengan harganya ? Teh atau kopi tarik hanya dijual sekitar Rp6 ribu hingga Rp10 ribu per gelas. Minuman seperti ini juga bisa Anda pesan dibeberapa hotel bintang di Kepulauan Riau dan sekitarnya.
* mediaindonesia

Citrus Cafe: Refreshing Comfort

Cafes are synonymous with light meals to accompany your chat. Mostly, light meals with heavy costs, for you are mostly paying for the atmosphere, and that cup of latte of course.

However, Citrus Café rings a different bell. Inspired by the freshness of the tangy fruit, and the fact that most of its dishes uses citrus-related flavorings for zest’s sake, the café stands proud with its serious meals, fun atmosphere and friendly service.

Interior-wise, the name does not necessarily mean that you will be thrown in an orange-yellow affair, though the décor of Citrus Café certainly gives a fresh vibe with its modern contemporary airs. However, its hues verge on the earthy side. White, brown and the occasional grey compliment the minimalist chairs and comfy sofas. A semi-outdoor patio with glass walls creates the illusion of outdoor dining without the noise or pollution.

Popular International and Indonesian dishes comprise the Citrus Café’s menu. Familiar dishes ensure its likeability among most people, and while its Spaghetti Carbonara may not be through-and through Italian-style authentic, it still is tasty and definitely acceptable. There’s something for everyone to nibble on, from traditional Indonesian Oxtail Soup to the unique Salmon Steak Spaghetti.

This is also a perfect place to talk about budget. It’s not often that you run to a café that offers filling meals with sensible pricing, and in Citrus Café, you can feast on a delicious Sirloin Steak complete with trimmings such as potatoes and fried eggs and it won’t even cost you Rp. 100.000,-. Talk about great value!

Citrus Café is simply begging for you to come and have a chat with old-time friends and while you’re at it, choose a few of the starters. The first pick is always the hardest, but you can always pick the starters sampler, containing a bit of everything, including calamari rings, spicy Thai Wings and Crispy Seafood in cute little ‘parcels’. Another great pick is the fried mushrooms-Fresh, medium sized champignons floured and fried, served with homemade tartar sauce.

What will be the main course? Well it really depends on your taste buds. Ordering the steak certainly won’t lead to disappointment, and if you’re looking to spice up the event then order the colorful Thai BBQ Chicken. The juicy chicken fillet barbequed to perfection gets a whole new spunk when combined with the spicy-sour Thai Sauce.

The Thai Sauce not adventurous enough to suit you? Then order one of the traditional Indonesian dishes. A wide range of options for fried rice, including the Nasi Goreng Kampung – A spicier and more authentic version of the all-time favorite item, complete with traditional fried chicken. There’s also a wide range of Oxtail Soup, from the regular, fried and the hot Sop Buntut Balado.

There’s always room for dessert, and a few scrumptious options too. Take the super-rich Chocolate Truffle cake for instance. It’s simply oozing with chocolate flavour, and the ecstasy would be complete if you’d order the a la mode version, complete with a scoop of vanilla ice cream. Don’t miss out on the fresh and flavorful drinks such as the Blueberry Smoothie and Strawberry Float, and if you’re in need of perking up then loads of wake-up drinks are at your command. Take the Caffe Amore and Kahlua Cappucino for instance.

With a vibe that combines hip and cozy, sensible pricing, and satisfying portions, Citrus Café is definitely one fresh option. (SG/DI) Citrus Cafe
Ruko Dharmawangsa Square
Jl. Dharmawangsa 6 No. 40
Jakarta Selatan, Indonesia

Bernostalgia di Belanda Cafe

Setiap kali kita menjelajahi jabodetabek pasti sudah umum kita menjumpai banyak rumah makan dan cafe yang bernuansakan makanan khas daerah. Tapi cobalah Anda mampir ke sebuah pompa bensin yang berada di jalan baru terusan Bintara menuju Kranji, atau dari seberang terminal Kranji menuju Stasiun Cakung melalui jalan baru tembusan I Gusti Ngurah Rai. Di pompa bensin itu ada sebuah Cafe yang memang beda dari kebanyakan cafe dan warung serta resto kebanyakan yang berlokasi di sebuah pompa bensin. Blanda Cafe namanya.

Walaupun interior desainnya tidak mencerminkan suasana jaman Belanda di era abad 18 atau paling modern sekalipun, tapi begitu Anda masuk Blanda Cafe, maka akan disuguhi bermacam menu masakan asli dari negeri bunga tulip ini. Negerinya VOC yang pernah “menjajah” Indonesia ratusan tahun ini ternyata juga mewariskan budaya kuliner yang begitu kental dan bermetamorfosis dengan budaya lokal. Khusus untuk Bekasi dan Jakarta maka budaya Betawi sedikit banyaknya juga terpengaruh dengan selera khas Belanda.

Sebut saja nama panekuknya beberapa menu daerah yang kini masih tersisa sejatinya diambil dari menu Belanda Pannekoek. Biar para senior (biasa saya menyebut orang tua kita dulu) bisa bernostalgia, atau generasi muda bisa menikmati jajanan khas tradisional negeri kincir angin ini, maka cobalah untuk berkunjung dan mencicipi menu seperti Poffertjes (sajian kue mirip kue pancong yang ditaburi tepung gula dan selai coklat atau strawberry). Harganya pun lumayan terjangkau cuma 6500 perak, dan bila dihiasi eskrim harganya Rp.10.000,-

Untuksajian lainnya adalah Dadar Gulung lapis gula (Pannekoek) dengan harga Rp.5.500,- (+es krim Rp.10.000,-), sedangkan Pannekoek atau Dadar Gulung Lapis Selai Rp.6.500,- (+es krim Rp.10.000,-) dan yang komplit Pannekoek (Dadar Gulung apel/strawberry/kismis Rp.10.000,-


Mau mencoba Bitterballen, Anda cukup membayar Rp.4.500 per buahnya, sedangkan Bitterballen dan Kentang hanya Rp.10.000,-

Ada juga Frietjes (Kentang Goreng) dengan saos Tomat/Kacang/Sambal hanya Rp.10.000,-

Jangan lupa Anda bisa menikmati Sop Buntut khas Blanda Cafe yang mempunyai rasa unik sedap dan pasti membuat Anda ketagihan. Tertarik? Anda bisa menghubungi mbak Suryani sang pengelola yang memang gemar dengan aneka masakan, terutama setelah bekerja di Blanda Cafe, akhirnya dia jadi tahu banyak tentang makanan khas negara Eropa itu.


* satebangdibul

Mau Coba Peruntungan di Strawberry Cafe

Tidak banyak buah yang dapat mengalahkan keindahan strawberryWarna merahnya matang dan memukau. Rasanya segar. Harganya relatif mahal menyebabkan ia jadi buah elit. Tak kalah dari itu adalah legenda yang menaunginya. Konon, pada zaman Yunani Kuno, buah ini dijadikan lambang dewi cinta karena rasanya yang manis dan segar, plus keindahan bentuknya. Strawberry bahkan disebut sebagai buah cinta berkat keindahan luar dalamnya.
Maka wajar jika buah ini tak berhenti dieksplorasi menjadi tema apa saja. Termasuk dijadikan nama dan ikon kafe, seperti yang dilakukan oleh Putra Priyadi, 26. Sejak lima tahun lalu, ia mendirikan dan mengembangkan Strawberry Cafe, sebuah kafe dengan sebagian besar hidangannya serba strawberry. Tak hanya itu. Interior kafe juga didisain seperti kebun strawberry. Lalu juga disediakan ratusan jenis permainan untuk bisa menghanyutkan pengunjung sambil menikmati minuman dan makanan.
“Pokoknya, kami ingin memberikan pengalaman yang mengesankan dan unik kepada pelanggan. Sehingga dari minuman, makanan dan suasana yang mereka dapatkan, mereka akan datang lagi dan lagi,” kata Putra Priyadi kepada majalah DUIT!.
Dewasa ini Strawberry Cafe sudah ada di dua lokasi. Satu di Jalan Tanjung Duren Batat II, Jakarta Barat dan satu lagi di Jl Gandaria, Jakarta Selatan. Di kafe ini, tersedia lebih dari 80 jenis hidangan yang sebagian besar serba tempat makan dan minum. Tag line mereka, The unique cafe for nongkrong menjelaskan al itu. “Strawberry Cafe menyasar segmen keluarga dan umumnya para kaum muda yang enerjik, yang terus mencari sajian makanan yang tidak hanya lezat namun juga unik, harga terjangkau, dan dilengkapi dengan lokasi yang nyaman sebagai tempat nongkrong bareng,” kata Putra. Tidak banyak yang mengambil peran ini sehingga Putra berani berkata bahwa sampai saat ini Strawberry Cafe menjadi pemain utama di bidang cafe bersegmen anak muda dengan brand awareness yang mereka miliki. Itu terbukti dari berbagai award yang mereka dapatkan. Diantaranya termasuk dalam buku 100 restoran terbaik di Jakarta, diliput oleh televisi, turut menjadi langganan Istana Presiden dan tak kalah pentingnya, masuk dalam buku Rekor Indonesia sebagai kafe terunik.
Dewasa ini, menurut Putra, rata-rata biaya operasional mereka per bulan berkisar Rp75 juta hingga Rp100 juta untuk masing-masing kafe. Yang terbesar adalah untuk gaji karyawan dan bahan baku. Jumlah karyawan mereka saat ini masing-masing 35
orang. Putra mengelola kedua kafe, dengan dibantu supervisor dan captain. Hingga sekarang, Putra mengatakan telah menanamkan investasi tak kurang dari Rp1 miliar. Yang terbesar adalah untuk sewa tempat. Kafe pertama mereka, menurut
Putra, mencapai break event point operasional dalam tempo satu tahun. “Itu sebabnya tak sampai satu tahun tempatnya
kita perluas,” kata Puji.
Salah satu kunci keberhasilan Strawberry Cafe menancapkan brand awarness-nya adalah tiada henti berkreasi dalam menu. Jika pada awalnya menu mereka hanya berkisar pada jus strawberry, dalam perjalanannya strawberry mereka eksplorasi sedemikian rupa sehingga tak henti-hentinya muncul kreasi baru. Kreasi baru ini disosialisasikan melalui pemunculan di berbagai publikasi dan juga dengan menyelenggarakan berbagai even. Pesta ulang tahun, lighting show, fashion show, kembang api adalah beberapa even perlengkap yang bisa diselenggarakan di kafe ini.
Menawarkan Peluang Kemitraan
Mulai tahun 2009, Strawberry Cafe meluncurkan program kerjasama kemitraan semi waralaba. Kepada para investor, Strawberry Cafe menawarkan peluang mengoperasikan resto dengan merek dan sistem bisnis Strawberry Cafe. Semua kelengkapan kafe disediakan oleh Strawberry Cafe sebagai franchisor termasuk pelatihan dan penyediaan game, yang menjadi salah satu keunikannya. Juga ketersediaan pasok bahan baku dijamin.
Tahun ini, menurut Putra, pihaknya mencari mitra untuk kawasan Jakarta seperti Karawaci, Serpong, Kelapa Gading serta kota besar di Jawa seperti di Bandung, Surabaya dan Semarang. Baru pada tahun 2010 mereka berekspansi ke luar Jawa seperti Medan, Bali, Pekan Baru, Balikpapan dan Makassar.
Lokasi yang cocok untuk Strawberry Cafe menurut Putra adalah lokasi yang strategis, dekat dengan keramaian, ditamakan dekat dengan kampus kelas menengah atas atau lokasi nongkrong anak muda. Dengan paket kemitraan berkisar Rp1,1 miliar (bersifat fleksibel) dalam simulasi perhitungan oleh konsultan bisnis mereka, diperkirakan mitra dapat memetik kembali modal lebih kurang dalam 1 tahun 7 bulan.
* majalahduit

Mengintip Pusaka Kuliner Bali (1), Jenis Makanan Bali

Pusaka kuliner Bali, menurut pemerhati kuliner tradisional Bali I Wayan Kardji, sering juga disebut dengan istilah “ebat”. Nama ini diberikan untuk makanan yang dibuat untuk berbagai upacara. Berdasarkan jenis pengolahannya, ebat dapat digolongkan menjadi tiga, yakni olahan kering, olahan lembab dan olahan cair. Selain itu, ada juga olahan dengan cara mengolah daging hewan secara utuh seperti tutu, panggang dan guling.

Olahan Kering
Termasuk dalam olahan ini adalah berbagai jenis sate. Di bali ada banyak jenis sate. Masing-masing jenis menggunakan tusuk (katik) yang berbeda. Ada yang berbentuk pipih, runcing, bulat panjang berujung runcing, berbentuk balok kecil, dan runcing pipih. Di antara sate itu, yang popular di Bali antara lain sate lembat, sate empol, sate lelet, sate kablet, sate asem, sate serapah, sate pusut, dan sate orob.

Gegorengan juga termasuk dalam olahan kering. Jenis makanan ini biasanya menggunakan bahan daging, tulang, limpa, dan lain-lain. Bahan-bahan tersebut dipotong-potong, diisi garam dan bumbu secukupnya, lalu digoreng.

Hampir sama dengan cara masak gegorengan, brengkes juga digoreng. Bedanya, brengkes menggunakan bumbu lebih banyak dan bahan bakunya lebih beragam. Ada brengkes sapi, brengkes babi, brengkes lele, dan brengkes lindung (belut). Bumbu yang digunakan biasanya basa genep yaitu aneka bumbu seperti bawang putih, bawang merah, kencur, kemiri, ketumbar, cabai, merica, jinten, jahe, bangle, terasi, jeruk limau, dan garam. Semua bumbu diaduk dengan bahan utama, lalu digoreng.

Jenis olahan kering lainnya adalah urutan, yakni sosis tradisional Bali. Bahan pokoknya adalah daging dan lemak (biasanya babi). Bahan-bahan ini dipotong-potong lalu dibumbui basa gede (bumbu lengkap) berupa bawang merah, jahe, lengkuas, kencur, ketumbar, terasi, cabai, kunir, dan beberapa jenis rempah lainnya. Bahan-bahan dimasukkan ke dalam usus (babi) yang masih muda ujungnya telah diikat dengan tali serabut kelapa. Ke setelah semua bahan masuk, ujung yang satunya diikat pula, lalu digoreng. Ada yang tak langsung menggorengnya, melainkan menjemurnya terlebih dahulu hingga kering.

Selain itu ada lempet dengan bahan otak dicampur daging, sering juga diimbuhi tulang muda. Setelah dibubuhi basa gede, lalu ditumbuk. Seusai hals, bahan itu dibungkus daun pisang menyerupai bantal, kemudian dipepes. Ada pula yang menggoreng bersama pembungkusnya sekaligus.

Lain lagi dengan gubah. Makanan ini dibuat dari kulit yang berisi lemak, dipotong sebesar kepalan tangan. Bahan tersebut diurap dengan menggunakan kelapa parut dan kunir yang sudah ditumbuk halus, diisi garam secukupnya, lalu digoreng setengah matang. Jika menggunakan daging, terlebih dahulu diiris tipis, dibumbui, lalu dijemur sampai kering.

Olahan Lembab
Jenis olahan lembab yang paling terkenal adalah lawar. Bahan pokok lawar adalah daging ayam, bebek, babi atau sapi mentah berkualitas baik, kelapa parut, sayuran, dan beberapa jenis daun. Daging dan bumbu dicincang sampai halus. Lalu cincangan daging dituangi air rebusan daun salam agar lemas. Sementara bumbu dicampur dengan rames yang terbuat dari rebusan kulit yang dirajang kecil-kecil dan memanjang. Bahan-bahan di atas kemudian diberi bumbu dan diaduk, lalu diberi air asam pelemas dan air limau.

Ada tiga jenis lawar yang ditemukan di masyarakat: lawar bima kroda (menonjolkan unsur pedas karena cabe), sangut dekah (pedas karena merica), dan rangda ngelur (asin).

Selain lawar, olahan lembab yang lain adalah Urab. Olahan ini terdiri dari tiga jenis yakni Urab Barak, Urab Putih dan Urab Gadang. Urab Barak terbuat dari bahan parutan kelapa, daging, kulit, usus, atau lemak yang telah dirajang kecil-kecil dan diberi bumbu, dibubuhi darah segar sehingga warnanya menjadi merah. Agar lebih enak, diberi perasan limau secukupnya. Urab Putih, terbuat dari bahan yang sama namun tidak menggunakan darah. Sedangkan Urab Gadang diracik dengan bahan yang sama namun parutan kelapa diganti dengan daun belimbing sehingga tampak hijau (gadang).

Olahan lembab lainnya, berupa Tum, Timbungan, Bebontot, Oret, dan Semuuk.

Tum terbuat dari daging dicampur tulang muda dan urat-urat yang ditumbuk sampai lumat lalu dicampur kelapa parut dan bumbu. Bahan ini dibungkus daun pisang membentuk segi tiga lalu direbus.

Timbungan terdiri dari dua jenis, yaitu timbungan biasa dan timbungan kesatryan. Keduanya menggunakan bahan daging dan tulang yang dipotong kecil-kecil. Hanya, pada timbungan kesatryan bahan itu ditambah lagi dengan potongan daging yang agak besar yang disebut dengan tektekan agal-agal. Bahan-bahan tersebut direbus bersama bumbu.

Bebontot terbuat dari daging dan lemak yang dipotong-potong dan diberi bumbu. Bahan-bahan beserta bumbunya dibungkus tapis (jaring dari pohon kelapa) dan dijemur sampai kering pada sebuah galah panjang. Setelah kering barulah digoreng.

Oret, adalah olahan berbahan telur yang telah diberi bumbu secukupnya, kemudian dimasukkan ke dalam usus muda (seperti membuat urutan) lalu dililitkan pada pelepah kelapa yang masih berisi daun dan dipanggang di atas bara api.

Semuuk, adalah olahan yang sama dengan oret, namun bahannya terbuat dari hati, paru-paru, jantung, dan limpa. Bahan-bahan tersebut mula-mula dicincang, direbus, lalu dicampur dengan darah dan bumbu lengkap. Proses selanjutnya, sama dengan pembuatan oret.

Olahan Cair
Masyarakat Bali hanya mengenal dua jenis olahan cair yakni kekomoh dan ares. Bahan kekomoh adalah hati, limpa, paru-paru, jantung, atau kulit yang masih dilekati lemak. Bahan ini direbus kemudian dirajang (ditektek) kecil-kecil, kemudian dimasukkan ke dalam asem (sisa asem yang dipergunakan untuk melemaskan bahan lawar) yang diberi bumbu secukupnya. Bumbunya terdiri dari bawang, lombok, dan garam secukupnya. Semuanya diaduk sehingga menghasilkan rasa yang diinginkan.

Sedangkan Ares, dibuat dari batang pohon pisang yang masih muda (biasanya pisang batu) yang diiris-iris dibubuhi garam, kemudian diperas. Bahan ini dimasukkan ke dalam air bekas rebusan daging dan diisi bumbu (basa rajang) secukupnya. Tulang-tulang dengan sisa daging dapat digunakan setelah dipotong-potong kecil. Agar lebih sedap, dimasukkan secangkir arak. Konon arak bisa membuat penikmat ares tidak akan terkena penyakit.

Olahan Utuh
Terdiri dari tutu, panggang dan guling. Pengolahan cara ini membiarkan hewan dalam keadaan utuh. Maksudnya, kecuali usus, semua bagian hewan tersebut masih lengkap. Tutu yang lebih akrab disebut dengan Matutu atau Betutu, dilakukan untuk mengolah ayam, itik atau angsa. Mula-mula ayam atau itik yang telah disembelih dikeluarkan jeroannya dengan cara melubangi bagian perutnya. Kemudian, rongga dada dan perut yang telah kosong itu diisi bumbu, setelah itu kulit perus dipertemukan dan dijahit kembali. Jika pengerjaannya sempurna, ayam atau itik akan tampak seperti sosok aslinya.

Selanjutnya, ayam atau itik tersebut tersebut direbus (sering juga juga dikukus) hingga setengah matang. Setelah itu dipanggang. Ada pula yang membungkusnya dengan upih (pelepah kelapa) lalu menyangrainya di atas periuk tanah.

Untuk olahan panggang dan guling, caranya tak jauh beda dengan yang dilakukan di daerah lain.


* jalan-jalan-bali

Kue Panekuk Plus Siraman Saus Coklat, Maknyuss..

Sebuah kafe khusus coklat yang berlokasi di Depok Town Square (DeToS). Tempat ini sudah berdiri lama, semenjak tahu 2006 dan masih bertahan hingga kini. Pemiliknya adalah seorang wanita yang belum saya ketahui namanya (red: ya elah, lagak lu misterius). Meskipun kecil, keberadaan kafe ini cukup dikenal oleh pengunjung Pujasera (Food Court) DeToS, lantai 2. Saat Anda bertandang ke kafe ini, jangan lihat penampilan luarnya saja. Biarpun sepintas terlihat jarang dikunjungi pembeli, pelanggan setianya tidak sedikit. Buktinya, kafe ini bisa bertahan dari 2006 hingga sekarang.

Sajian di tempat ini adalah makanan dan minuman yang berbasiskan coklat. Untuk makanan disediakan keik seperti keik coklat dengan lapisan es krim coklat, keik coklat kopi (Opera), dan keik brownies. Selain keik, yang saya paling suka adalah sajian kue panekuk (Pancake). Menu kue panekuk ini sendiri bermacam-macam, seperti, panekuk dengan siraman saus coklat, isi pisang (Banana Pancake), isi mesis coklat dan kacang (Martabak Pancake), hingga memakai krim. Sebenarnya, menu yang ada termasuk biasa. Namun, cara penyajiannya yang unik dan berbeda. Misalnya, kue panekuk disajikan dengan siraman saus karamel, coklat, taburan mesis coklat dan keju bahkan ada yang diberi es krim. Citarasa makanannya termasuk baik, dengan rekomendasi pribadi kue panekuk plus siraman saus coklat atau karamel, favorit saya. Sedang Martabak Pancake adalah panekuk yang ditaburi mesis, parutan keju dan kacang di atasnya. Tidak lupa pula mendapat siraman susu kental manis. Buat rasa, ya, lebih enak martabak betulan, ukurannya lebih besar. Tapi, rasanya termasuk oke juga sih. Buat minuman, yang disajikan kebanyakan adalah milk shake coklat, coklat dengan siraman karamel, choco mint, dan varian kopi seperti Cappucino, Frapucino serta lainnya. Rasa minumannya lumayan enak.

Harga makanan dan minuman sedikit lebih mahal dari kafe Dieng Koffie. Untuk minuman, harga rata-rata sekitar Rp15.000,-. Buat makanan, harga berkisar diantara Rp8.000 hingga Rp12.000. Jadi kalau Anda makan dan minum di tempat ini, Anda akan menghabiskan sekitar 20 ribu hingga 25 ribu rupiah. Itu kalau sendirian loh.

Biar mahal, layanan di tempat ini termasuk bagus. Petugas yang melayani hanya satu orang yang melakukan kerja rangkap dalam memasak dan mengantarkan pesanan. Apabila ibu pemilik kafe ada, mereka berdua yang bertugas melayani pengunjung. Pesanan seperti minuman tidak makan waktu lama untuk disajikan, sekitar tiga menit. Sajian makanan seperti keik juga cepat. Tapi, untuk pesanan seperti kue panekuk, pembeli seperti Anda harus menunggu agak lama, + 5 menit.

Nah, begitulah ulasan saya tentang sebuah kafe kecil di kota Depok. Meskipun letak kafe ini cukup strategi, persis di depan pintu masuk bioskop 21 DeToS, Cafe de Chocolate terlihat tidak selalu didatangi pembeli. Padahal, sajian menu termasuk bagus dan bercita rasa baik, seperti yang terlihat di foto dan telah saya alami sendiri. Mungkin, yang perlu dibenahi adalah menu minuman yang saya rasa masih kurang terasa coklatnya. Buat keik dan kue panekuk, keduanya sudah bagus. Yah, saya harap Cafe de Chocolate bisa terus berada di lantai 2 DeToS dan tetap setia dengan konsep sajian serba coklatnya, satu hal yang membuatnya unik dan berbeda. Jika Anda tertarik, silahkan arahkan kaki atau kendaraan ke DeToS dan segeralah menuju ke Pujasera di lantai 2. Kafe ini terletak di seberang pintu masuk bioskop 21. Begitu Anda melihat booth dengan sebuah papan tulis dan poster berisi foto-foto makanan dan minuman, Anda sudah berada di tempat yang tepat. Selamat bersantap, 🙂


* pesonakulinerdepok